Adam Aththaariq
6510051498749449419

Jurang Temu IV: Romansa

Jurang Temu IV: Romansa
Add Comments
Jumat, Maret 28, 2025

Gambar oleh SAE_STUDIO

Aku ingin mengenalmu lebih dekat, ingin selalu berada disampingmu dan merayakan momen terindahku bersamamu. Adalah yang terlintas dalam lamunanku kala hujan turun perlahan, membasahi bumi, mengiringi renungan. 

Setelah lensa ponsel mengabadikan senyummu, Aku terlarut dalam bayang-bayang rindu yang membiru. Tak hentinya aku berandai menjadi lelakimu, menjadi satu-satunya pusat perhatianmu, menjadi tempat di mana engkau merebahkan lelah saat dunia mengecewakanmu.

Aku terhanyut dalam lamunan yang panjang, kemudian akhirnya, aku mencoba memberanikan diri. Perasaan yang sejak lama kusimpan dalam senyap, kini ingin menemukan suaranya. Dulu, aku hanya pengecut di persimpangan rasa, Tak berani menatap, apalagi mengungkap kata.

Namun waktu mengubah segalanya. Kini, aku mampu berjalan di sampingmu, berdiri di tempat yang sama denganmu dan kini, aku telah cukup berani, untuk mengungkapkan perasaan yang sejak lama ku pendam.

Gelapnya langit seakan menampung segala kecemasan yang bergelayut dalam hatiku. Gemuruh hujan, menyamarkan degup jantungku yang masih menyimpan rasa takut. Aku takut, Takut jika kata-kata yang kuungkap, hanya akan berujung pada penolakan, Takut jika setelah ini kau menjauh, menghapus jejak yang pernah kita tapaki bersama.

Namun, di sisi lain aku pun takut jika perasaan ini terus terpendam, menjadi rahasia yang perlahan melukaiku dari dalam, menjadikan abu dari kayu yang terbakar oleh api keraguan.

Dengan jemari yang gemetar, aku memberanikan diri untuk mulai melukis kata demi kata romansa diatas layar ponselku. Setiap huruf kutata dengan hati-hati, seakan aku sedang menganyam benang takdir yang bisa saja putus saat aku lengah. Setelah dirasa cukup, aku menekan tombol “kirim” dengan napas tertahan.

Detik jam bergulir begitu lambat, setiap dentingnya terasa seperti gema yang menyusup ke dalam dadaku. membuatku cemas, pasalnya, tak ada lagi yang kunanti, selain menanti jawaban darimu kala itu.

Notifikasi berbunyi, jantungku berdebar, Layar ponsel menyala, pesanmu terpampang.

Aku tak berani membuka ponselku, perasaan gugup menyelimuti, sebelumnya aku tak pernah secemas ini dalam mengungkap perasaan pada seseorang, aku tak tau, mungkin karna ini adalah pertama kalinya aku benar-benar jatuh cinta. dan aku takut, pada kali pertama ini juga aku kecawa.

Dengan perlahan aku membaca setiap kalimat yang engkau tuliskan, rasanya aku tak pernah sedetil ini dalam membaca pesan dari seseorang.

Engkau merespon setiap yang aku tulis dalam pesanku sebelumnya. sampai akhirnya bola mataku tertuju pada satu pesan, kalimat pesan yang selama ini aku harapkan dan yang membuatku tak bosan membacanya berulang-ulang.

“Sebenarnya, aku juga punya perasaan yang sama. Bahkan jauh sebelum kamu bicara sekarang, aku sudah lebih dulu menaruh rasa.” tulismu, pada pesan yang saat ini kubaca.

Aku tersenyum, tak percaya pada apa yang kubaca. Seolah dunia yang selama ini terasa kelabu, mendadak dipenuhi warna yang membuatnya begitu indah. Bak taman bunga yang sedang bermekaran, begitulah suasana hatiku saat ini.

Sejak malam itu, kau mulai bercerita tentang bagaimana kau melihatku dulu, tentang aku yang angkuh, tentang aku yang sok pintar di kelas dan tentang kekesalanmu karna mendesakmu saat presentasi.

Rupanya, kilas balik tentangku membawaku pada realita, bahwa kau juga menyimpan rasa yang tak jauh berbeda.

Hari-hari setelahnya menjadi lebih berwarna. Kita menelusuri jejak kenangan, merajut kisah dari serpihan masa lalu yang ternyata saling berkaitan. Kita bercerita tentang bagaimana persimpangan rasa ini bermula, tentang bagaimana seruni yang mekar setelah jeda panjang yang melelahkan dan akhiranya aku semakin menaruh rasa pada larashati.

Kita bukan lagi dua orang yang berdiri di persimpangan. Kita adalah dua jalur berlawanan yang akhirnya bertemu, menyelam waktu dalam gerbong yang sama.

Aku dan kamu yang dipertemukan semesta setelah penantian panjang, semoga tetap berjalan berdampingan, aku ingin mengisi ruang peluhmu, menjadi satu-satunya teman dalam kesendirianmu dan menjadi obat dari laramu.

Karya ini telah terbit dalam serial: Jurang Temu III

Catatan:

Penulis memilih untuk menjaga anonimitas, karya ini tidak melalui proses penyuntingan. Hubungi kami jika ada kendala.