Adam Aththaariq
6510051498749449419

Puisi : Hujan Yang Sedih Untuk Kisah Yang Sudah Karya Iqbal Firmansyah

Puisi : Hujan Yang Sedih Untuk Kisah Yang Sudah Karya Iqbal Firmansyah
Add Comments
Rabu, November 27, 2024

 


Hujan Yang Sedih Untuk Kisah Yang Sudah

Oleh: Pendosa Amnesia


Dahulu, kita pernah sama-sama saling menguatkan, 

sama-sama takut kehilangan. 

Kamu adalah seseorang yang kucintai dengan sangat, 

sementara bagimu aku adalah pemilik pelukan paling hangat. 

Seseorang yang kamu inginkan berlama- lama denganmu, 

menikmati hujan dan membunuh waktu, 

kita tidak perlu kemana- mana jika sedang berdua.


Bersamamu, seolah segalanya terasa sempurna. 

Aku ingin waktu berjalan lebih lambat, agar bisa menatapmu lamat-lamat. 

Menikmati segala hal yang kamu sembunyikan di balik bibirmu, 

mengecup segala keresahanmu akan hal-hal yang menakutimu.


Kamu adalah bagian terindah dari hujan, 

yang membuat aku betah berlama-lama tanpa perlu mengatur tujuan. 

Kita sering berdoa agar hujan turun lebih lama, 

agar kita terkurung dan memiliki alasan untuk tidak perlu kemana-mana, 

sebab katamu bersamaku apapun akan terasa lebih hangat.


Bahkan betapa dinginnya hujan yang turun, 

kamu selalu percaya hujan tak lebih dingin daripada kesendirian yang datang,

 dan kamu tak pernah mampu bertahan sendirian.


Hujan dan sendiri adalah hidup yang sepi tanpa ampun, 

yang kita butuhkan hanya waktu untuk bisa bersama. 

Saat hujan semakin lebat, kita saling merapalkan mantra -mantra, 

seolah apa yang kita bicarakan adalah doa-doa terhebat. 

Kita mengatur rencana-rencana untuk waktu yang lama, 

mengukur setiap hal dengan sesuatu yang kita sebut cinta.


Lebih lama hujan turun, lebih lama denganmu. 

Aku merasa hidup berarti dan merasa hidup ini perlu. 

Itulah hal-hal yang membuatku bertahan, 

hujan dan kamu adalah kenangan yang tak pernah lapuk dari ingatan.


Namun, kini seolah sedih dan hujan adalah teman sejalan. 

Aku tidak lagi bisa memelukmu saat hujan turun. 

Meski setiap hujan turun, aku selalu bisa menemukanmu dalam ingatan. 

Seseorang yang dulu bersikeras mengajaku bertahan. 

Katamu, apapun yang terjadi tetaplah denganku. 

Begitu manis dan menguatkan.


Hal yang akhirnya sulit membuatku merelakanmu, bahkan dalam ingatan. 

Kamu menjadi kisah sedih yang kini meninggalkan pedih. 

Setiap kali hujan turun, aku kembali mengenangmu. 

Ingin lari, ingin menyudahi, 

tetapi hati dan segala hal yang pernah terjadi tak mau lagi perduli.

 Hujan kini tak lagi semenyenangkan saat bersamamu, 

hanya turun dengan rasa rindu yang berakhir pilu.